Senin, 09 Maret 2009
mengapa spiderman bertopeng?
Dalam film itu digambarkan bagaimana kepahlawan seorang wartawan dibalik topengnya, menolong sesama dan melawan penjahat, padahal seringkali kepentingan dirinya terabaikan, seperti mendekati teman wanitanya. Setiap perjuangan memang selalu ada yang harus dikorbankan, baik waktu, tenaga, dan harta. Itu juga yang terjadi pada Spiderman.
Topeng yang dia kenakan, menyelamatkan kehidupan pribadinya dari ancaman orang-orang yang tidak suka kepadanya, padahal dia sudah berbuat baik kepada orang lain. Tentu yang tidak suka kepada Spiderman ialah para penjahat karena usaha jahatnya selalu dihalangi oleh Spiderman. Tetapi bukan hanya penjahat, banyak juga masyarakat biasa ikut membenci Spiderman akibat pemberitaan media masa yang seringkali menyudutkan Spiderman demi popularitas medianya, tidak peduli apakah Spiderman itu berbuat baik kepada masyarakat, yang penting medianya laku.
Apakah episode Spiderman ada pada kehidupan nyata saat ini? Sangat mungkin! Mungkin sekarang ada yang namanya “pahlawan” yang jauh lebih baik dari sepak terjang Spiderman. Mungkin ada orang-orang yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan harta mereka demi umat. Sangat mungkin, ada orang-orang yang rela menderita, dicemooh orang, difitnah, dan mendapatkan berbagai perlakukan buruk lainnya dari para “penjahat”. Itu semua sangat mungkin ada dalam kehidupan kita, karena jiwa kepahlawan atau jihad selalu tertanam pada jiwa yang suci dan fitrah.
Hanya saja, mungkin kita tidak tahu mereka, mungkin saja mereka bertopeng? Atau mungkin saja tidak bertopeng tetapi kehadiran mereka ditutupi oleh media demi kepentingannya sendiri? Mungkin kita tahu, tetapi gara-gara mereka belum bertindak sempurna, kita malah memaki-makinya. Atau mungkin karena daerah kita belum mendapatkan sumbangsih dari mereka, kita malah memakinya menganggap mereka tidak berbuat apa-apa, padahal di daerah lain mereka sudah sangat kerja keras, kebetulan saja daerah kita belum tersentuh akibat keterbatasan yang ada.
Terlepas apakah kita mengetahui mereka atau tidak. Terlepas apakah kita menyadari kehadiran mereka atau tidak, ada tiga hal yang bisa kita lakukan:
Jangan cepat memvonis seseorang yang sudah berbuat baik, sebab bisa saja vonis kita karena pengaruh media atau pengaruh dari orang-orang yang tidak suka terhadap para pahlwan tersebut.
Do’akan mereka, berdo’alah mereka agar mendapatkan kekuatan dalam perjuangannya, tabah menghadapi segala cobaan, dan mampu menghadapi rintangan.
Jadilah bagian dari mereka. Jika mereka belum sempurna berjuang, mungkin karena keterbatasan mereka, oleh karena itu, dari pada kita memakinya, akan lebih baik kita menjadi bagian mereka untuk ikut berjuang demi umat.
Mudah-mudahan bisa menjadi renungan kita semua.
Bunda mandikan aku sekali saja
Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. "Why not the best," katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika. Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.
Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang "selevel"; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.
Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, "Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? " Dengan sigap Rani menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!" Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. "Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "memahami" orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya "malaikat kecilku". Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. "Alif ingin Bunda mandikan," ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku!" kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.
Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. "Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency." Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya.
Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. "Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif," ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, "Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?" Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. "Ini konsekuensi sebuah pilihan," lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rani berlutut. "Aku ibunyaaa!" serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. "Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif.." Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya,ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
Selembar tikar tua
Katanya Kau tak pernah tidur, benarkah ?
Kalau aku, aku susah tidur Tuhan…
Kau tahu kenapa ?
Karena aku tak punya makanan yang bisa mengenyangkan perutku,
Aku juga tak punya pakaian yang bisa menghangatkan tubuhku,
Aku pun tak punya kasur empuk untuk mengistirahatkan badanku,
Kau tahu, Tuhan ?
Seharian ini aku sudah bekerja keras,
Membantu mengangkat barang belanjaan orang di pasar,
Menjual kantong-kantong plastik,
Dan membantu Pak Ajis membersihkan sampah.
Aku ingin mengumpulkan uang banyak untuk beli baju dan sandal baru.
Kau tahu kenapa, Tuhan?
Karena bukankah sebentar lagi Lebaran ?
Itu berarti aku bisa menabung,
tak perlu beli makanan,
Karena aku puasa, dan masjid-masjid biasanya kasih makanan gratis buat buka dan sahur.
Tuhan, Kau sudah mengantuk, belum ?
Aku ngantuk
Maukah Kau menemaniku tidur ?
Aku punya selembar tikar tua untuk alas tidur
Cukup kok untuk kita berdua.Tuhan, aku kedinginan
Bolehkah aku memeluk-Mu ?
Kekuatan Cinta
Orang-orang suku lembah tidak tahu bagaimana mendaki gunung. Mereka tidak tahu jalan mana yang digunakan oleh suku gunung. Mereka juga tidak tahu di mana letak desa suku gunung. Juga tidak tahu bagaimana mengikti jejak-jejak suku gunng di tebing-tebing gunung itu. Meski begitu, mereka mengirim prajurit-prajurit terbaik mereka untuk memanjat gunung dan membawa pulang bayi mereka.
Prajurit pertama mencoba memanjat tebing diikuti yang lain. Ketika prajurit pertama gagal, mereka semua pun gagal. Mereka mencoba lagi dengan cara lain. Namun, gagal. Setelah berhari-hari mereka mendaki, mereka hanya bisa memanjat beberapa ratus kaki saja. Suku lembah kehilangan harapan dan putus asa. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk kembali ke desa saja. Semua upaya dilakukan namun gagal.
Ketika mereka sedang bersiap-siap untuk kembali ke desa, tiba-tiba mereka melihat ibu bayi yang diculik itu sedang menuruni tebing gunung melewati mereka, sambil menggendong bayinya. Mereka terkejut sekali, bagaimana si ibu itu bisa menuruni tebing yang justru mereka sendiri gagal untuk mendakinya? Bagaimana si ibu itu bisa memanjat tebing-tebing itu mengalahkan mereka. Terlebih lagi, mereka melihat si bayi itu telah terselamatkan. Bagaimana mungkin ?
Seorang prajurit menyambut ibu itu dan bertanya, “Wahai ibu, kami gagal mendaki tebing ini. Bagaimana kau melakukan semua ini, mengalahkan seluruh prajurit terkuat? Bagaimana bisa? Engkau belum pernah menjadi prajurit!”
Ibu itu mengangkat bahu dan berkata, “Sebab bayi yang diculik itu bukanlah bayimu. Dan, kalian semua belum pernah menjadi ibu.”
Teman, burung tak pernah diajari untuk terbang dan ikan tak pernah belajar untuk berenang. Semuanya alami. Semua berasal dari naluri. Hal itu akan hadir pada setiap mahluk yang percaya akan kebesaran Allah. Hanya Allah lah yang memberikan kita kekuatan itu.
Teman, cinta memberikan kekuatan. Bahkan cinta adalah kekuatan itu sendiri. Cinta seorang ibu adalah naluri dan alami. Sesuatu yang hadir dalam jiwa-jiwa yang penuh rasa cinta. Setiap ibu, tak akan pernah diajari bagaimana mengasihi buah hatinya. Rasa itu akan hadir dengan sendirinya. Kita pun punya rasa itu. Asal kita mau menjalani semua garis-garis yang telah ditentukan-Nya. (Irfan Toni Herlambang)
Renungan: Bagi istri & Calon istri, Bagi suami & Calon suami
Renungkanlah...Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia...
Isteri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah..
pun tidak setabah Fatimah..
Justru..
isterimu hanyalah wanita akhir zaman
yang punya cita-cita menjadi solehah
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban bersama.......
Isteri menjadi tanah kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan kamu gembalanya,
Isteri adalah murid kamu mursyidnya,
Isteri bagaikan anak kecil kamu tempat bermanjanya,
Saat isteri menjadi madu kamu teguklah sepuasnya,
seketika isteri menjadi racun kamulah penawar bisanya,
seandainya isteri tulang yang bengkok berhati-hatilah
meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha kepada Allah swt.
Kamu bukanlah Rasulullah saw?
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah
Cuma suami akhir zaman yang berusaha menjadi soleh...
AMIN.
Buat para Istri & calon Istri..
Renungkanlah...
Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Pun tidak setabah Ayyub atau pun
Segagah Musa.. apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang punya
cita-cita
membangun keturunan yang soleh...
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban
bersama..
Suami menjadi pelindung kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal kamu pengemudinya,
Suami bagaikan pelakon yang nakal kamu adalah penonton
kenakalannya,
Saat suami menjadi raja kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami bengis lagi lancang sabarlah
memperingatkannya,
Pernikahan ataupun perkawinan mengajarkan kita perlunya
iman dan taqwa,
untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah swt.
Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga
pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara....
Cuma wanita akhir zaman yang berusaha menjadi solehah,
AMIN YA RABBAL ALAMIN.
Renungan: Bagi istri & Calon istri, Bagi suami & Calon suami
Renungkanlah...Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia...
Isteri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah..
pun tidak setabah Fatimah..
Justru..
isterimu hanyalah wanita akhir zaman
yang punya cita-cita menjadi solehah
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban bersama.......
Isteri menjadi tanah kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan kamu gembalanya,
Isteri adalah murid kamu mursyidnya,
Isteri bagaikan anak kecil kamu tempat bermanjanya,
Saat isteri menjadi madu kamu teguklah sepuasnya,
seketika isteri menjadi racun kamulah penawar bisanya,
seandainya isteri tulang yang bengkok berhati-hatilah
meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha kepada Allah swt.
Kamu bukanlah Rasulullah saw?
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah
Cuma suami akhir zaman yang berusaha menjadi soleh...
AMIN.
Buat para Istri & calon Istri..
Renungkanlah...
Pernikahan atau perkawinan membuka tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Pun tidak setabah Ayyub atau pun
Segagah Musa.. apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang punya
cita-cita
membangun keturunan yang soleh...
Pernikahan atau perkawinan mengajar kita kewajiban
bersama..
Suami menjadi pelindung kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal kamu pengemudinya,
Suami bagaikan pelakon yang nakal kamu adalah penonton
kenakalannya,
Saat suami menjadi raja kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami bengis lagi lancang sabarlah
memperingatkannya,
Pernikahan ataupun perkawinan mengajarkan kita perlunya
iman dan taqwa,
untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah swt.
Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga
pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara....
Cuma wanita akhir zaman yang berusaha menjadi solehah,
AMIN.
Hikmah cangkir cantik
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara. “Terima kasih untuk perhatiannya. Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang perajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata, “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata, “Belum!”
Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Oh, ternyata belum.
Setelah dingin ternyata aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.
Wanita itu berkata, “Belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi, orang itu tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya karena dihadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Teman, seperti itulah Allah Swt. membentuk kita. Pada saat Allah Swt, membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi, itulah cara mengubah kita agar menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.
Teman, anggaplah sebagai kebahagiaan apabila kamu terjatuh ke dalam berbagai cobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan satu apapun.
Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup jangan kecil hati karena Allah swt. sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan, tetapi setelah semua proses itu selesai Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk Anda. (Tulisan: Irfan Toni Herlambang)
Hikmah bibit tanaman
Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman." Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.
***
Teman, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri.
Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.
Senang lihat orang lain susah
Selalu mencari-cari kesalahan orang lain …, itulah mungkin yang mewabah pada masyarakat kita saat ini. Masalah bangsa kita yang komplek ini sepertinya semakin pelik saja ketika orang-orang didalamnya saling menyalahkan. Yang ditawarkan bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Begitulah, akhir-akhir ini saya sering mendengar obrolan-obrolan yang demikian ini. Apa sih arti sebuah obrolan?
Kita simak beberapa contoh komentar-komentar sebagai berikut. Ketika ada orang lain mulai berbuat, dikomentari, “Ah…, itu bukan apa-apa, ntar lagi juga gagal!”. Ketika orang berbuat baik, dikomentari, “Itu sih ada pamrihnya, tidak mungkin dia berbuat baik begitu jika tidak ada pamrihnya”. Orang prestasi, dikomentari, “Dia sih orang si ini, prestasi dia sih hanya untuk golongan ini dan golongan itu saja, gak ada baiknya untuk kita”.
Dia menyalahkan korban bencana alam hanya lantaran mereka tidak mampu membantu dan meringankan beban mereka. Tetapi ketika dia mampu melakukannya malah menyalahkan orang lain karena tidak ikut membantu dan tidak sebaik dirinya.
Ketika ada organisasi yang lebih baik dari yang dipimpinnya, dikatakannya bahwa organisasi tersebut adalah milik ini dan itu yang berbeda dengan golongannya dia, sehingga tidak perlu diapresiasi. Yang berbeda dengan dirinya selalu ingin dimatikan, sekalipun yang berbeda itu baik. Ah, susah juga ya!
Parameter penilainnya adalah: siapa mereka, mazhab apa, golongan apa, suku mana, baju dan benderanya apa. Sedangkan profesionalisme, prestasi dan hasil kerja adalah nomor terakhir dalam penilaiannya.
Salahnya Kodok
Sikap argumentum ad hominem, adalah prilaku suka menyalahkan sesuatu karena ia tidak mampu melakukan, prilaku suka mencari-cari kesalahan sesuatu di luar dirinya agar ia memiliki cukup alasan untuk memaafkan dirinya sendiri. Menurut Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya Salahnya Kodok, sikap argumentum ad hominem mulai terbentuk dari peristiwa kecil sehari-hari pada masa anak-anak.
Nah, jika orangtua Yahudi mengajarkan kelicikan kepada anak-anaknya ketika menangis, orangtua Amerika menanamkan nasionalisme melalui acara makan malam keluarga, bangsa Sovyet Rusia memberikan doktrin komunisme melalui kepatuhan tanpa syarat kepada orangtua. Lain lagi orangtua Jepang menanamkan nilai-nilai kesatriaaan, nilai sportivitas yang tinggi pada anak-anak, bila menghadapi anak mereka menangis, mereka akan mengatakan buat apa menangis? Kena batu saja menangis? Setelah itu mereka akan menjelaskan.
Bagaimana dengan orangtua di Indonesia ketika anak-anaknya menangis? Apa yang dilakukan orantua saat menyuapi anaknya makan? Ketika anak menangis karena terjatuh, berbeda dengan orang Jepang, orangtua di Indonesia menyikapinya dengan menyalahkan kodok, “Ouw, salahnya kodok. Kodoknya nakal, ya? Anak ibu nggak salah, dijatuhkan. Huh nakal kamu kodok.”
Kodok masih untung, yang kasihan nasib ayam. Ketika seorang anak terjatuh ketika belajar berjalan, maka orangtua akan melempar ayam sambil berkata, “Uh, ayamnya nakal. Sudah ibu lempar biar kapok.”
Di kota-kota besar, keluarga menengah ke atas, dan berpendidikan tinggi itu, ayam sulit dijumpai di rumah, anak juga sulit membayangkan seekor kodok yang suka mencelakakan dirinya.
Yang kasihan kemudian, senasib dengan ayam kampung adalah pembantu. Kalau sepulang kantor anak mengadukan tangannya yang lecet karena terjatuh, di depan anak orangtua berteriak, “Bi, kenapa Andi jatuh. Diperhatikan dong, Bi. Yang benar kalau menjaga anak-anak.”
Orangtua tidak menanyakan perasaan si kecil – yang seharian ditinggal sendirian bersama pembantu dan mendengarkan ceritanya. Orangtua lebih mendorong untuk mengungkapkan “cemasnya” kepada pembantu di depan anak, saat itu juga. Padahal, anak lecet tangannya mungkin justru karena kreatifitas anak. Misalnya, ia mencoba membuat kapal-kapalan dari potongan kayu di belakang rumah. Padahal, anak justru akan bahagia dan mengembangkan perasaan diterima, diperhatikan dan disayang orangtua jika orangtua setia mendengarkan pengalamannya hari itu, sejak orangtua berangkat sampai tangan anak lecet.
Senang Melihat Orang Lain Susah
Seorang anak bersikap argumentum ad hominem dengan menyalahkan orangtua yang tidak mengikutkan les matematika ketika ia mendapat nilai rendah.
Remaja menyalahkan bapaknya yang tidak membelikan motor ketika bakatnya tidak berkembang. Sedangkan walimurid menyalahkan guru ketika anaknya tidak rangking satu. Orangtua menyalahkan rumah yang tidak selebar istana ketika anaknya tidak kreatif dan bakatnya tidak berkembang.
Yang lebih parah lagi, merasa tidak senang jika orang lain senang. Jika diri tidak berhasil orang lain juga ‘harusnya’ tidak berhasil. Jika diri kita sendiri yang senang, orang lain tidak perlu senang. Jika diri kita susah orang lain juga ‘harus’ susah.
Senang melihat orang lain susah, Susah melihat orang lain senang. Semoga tidak demikian. Tapi seperti puisi yang dibaca kang Dedi Miswar, “Senang melihat orang lain Senang, Susah melihat orang lain Susah”. Jadikan diri kita bagian dari solusi bukan bagian dari masalah. Wallahu’alam. (17/06/08)
Kenapa anda harus jadi bola pimpong?
Berbagai tekanan tersebut sesungguhnya membentuk karakter, watak, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Ada empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut.
1. Tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia itu patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatannya bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya, orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi, sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tidak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
2. Tipe Lempeng Besi. Tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya, Namun seperti layaknya besi, ketika situasi semakin menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini, mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak mampu dalam kondisi yang berlarut-larut. Tambahan tekanan sedikit saja membuat mereka menyerah dan putus asa, untungnya orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah Tipe lempeng besi masih belum terlatih. Tapi , kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.
3. Tipe Kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersifat fleksibel, ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan yang semula, ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ketitik awal untuk memulai lagi.
4. Tipe Bola PimPong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat Jangan menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pimpong, saat di tekan, justru dia memantul ke atas dengan lebih dahsyat.
Itulah tipe-tipe manusia dalam menghadapi tekanan dan ujian. Tidak penting kita sekarang berada di type mana? Yang terpenting adalah memperbaiki mental kita menjadi manusia yang tahan banting bahakn dengan berbagai tekanan dan ujian itu membuat kita lebih dasyat yaitu hingga ke level bola pimpong, saat itulah kesulitan dan tantangan hidup tidak lagi menjadi suatu yang ditakuti. Banyak contoh karya besar lahir dari situasi yang sulit dan dibawah tekanan.
“Semua Kesulitan Sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh”.
Hikmah
2. Sedekah ngutang
3. Kenapa anda harus jadi bola pimpong?
4. Senang lihat orang lain susah
5. Hikmah bibit tanaman
6. Hikmah cangkir cantik
7. Renungan istri & Calon istri, Bagi suami & Calon suami
8. Kekuatan cinta
9. Selembar tikar tua
10. Mengapa spiderman bertopeng?
Sedekah ngutang
Itulah cita-cita mulia mereka semua. Dan masing-masing mereka berinfaq dan berwakaf di jalan Allah dengan harta terbaik yang mereka miliki.
Terdengar suara pak RT menanyakan satu per satu warga yang hadir, "Pak anu mau nyumbang berapa..., bapak fulan mau sedekah berapa....?" Lalu setiap warga yang hadir dengan antusias menjawab dengan harta yang hendak mereka sumbangkan.
Ada yang berinfak dalam ratusan ribu rupiah, juga ada yang berinfak dalam jutaan rupiah. Sebagian mereka ada juga yang memberikan dalam bentuk material bangunan.
Semua mereka seolah berlomba memberikan harta terbaik yang mereka miliki untuk membangun rumah Allah Swt.
Semua terlihat begitu antusias untuk membangun mushalla di lingkungan mereka dalam tempo kurang dari sebulan.
Malam itu juga ada seseorang yang bernama Arif yang berkomitmen untuk menyumbang seluruh lantai keramik yang diperlukan mushalla. Itulah yang ia janjikan kepada pak RT dan seluruh peserta rapat. Sengaja ia menyumbang lantai keramik, sebab ia beranggapan bahwa setiap orang akan menggunakannya untuk berdiri dan sujud oleh karena itu akan mendapat pahala yang lebih banyak dari material bangunan lainnya. Setidaknya itulah anggapannya!
"Saya insya Allah mau menyumbang semua lantai keramik yang diperlukan mushalla ini!" seru Arif. "Apakah semua lantai keramik atau sebagiannya saja, pak Arif?" tanya ketua RT menegaskan. "Semuanya insya Allah, pak!" tandas Arif.
Arif tidak khawatir untuk menutupi sumbangan seluruh lantai keramik mushalla. Di benaknya esok pagi ia akan meminta orang tuanya, neneknya, sepupu, paman, bibi dan seluruh saudaranya untuk turut menyumbang. "Insya Allah bila dijinjing ramai-ramai, tidak akan ada beban yang berat!" gumamnya.
Benar juga... begitu Arif menghubungi seluruh kerabatnya, mereka semua bersedia turut menyumbang pembelian lantai keramik mushalla. Hati Arif pun tenang. Ia senang telah bisa menyumbang dan lebih senangnya lagi ia dapat mengajak keluarganya untuk melakukan kebaikan di jalan agama ini.
***
Bulan Ramadhan 7 hari lagi akan menjelang. Bangunan mushalla atas izin Allah sudah rampung kurang lebih 65%. Namun untuk bisa dipakai shalat, setidaknya harus sudah berlantai hingga orang-orang akan merasa nyaman saat berdiri dan sujud. Maka malam itu adalah rapat kesekian kalinya digelar ketua RT bersama panitia pembangunan mushalla. Dalam rapat itu, Arif ditanya tentang kapan lantai bisa dikirimkan ke mushalla. Dengan tenang ia berujar, "Paling lambat lusa, saya akan kirim lantai tersebut!"
Namun apa yang terjadi saat ia menghubungi satu per satu keluarga yang sudah berjanji untuk menyumbang. Sungguh aneh, semua keluarga yang berjanji sepertinya amat kompak dalam satu alasan. Mereka semua BOKEK, alias lagi gak punya uang!
"Celaka...!" keluh Arif. Padahal ia sendiri pun sedang tidak punya duit. Bagaimana ia bisa memberi jawaban atas hal ini kepada warga lingkungannya. Padahal Ramadhan akan tiba sebentar lagi. Tidak ada uang yang bisa ia gunakan untuk membeli keramik, namun ada beberapa kartu kredit di dompetnya yang dapat ia gunakan. Saat hendak menggunakannya terbersit di benaknya wajah angker sang istri berkata mengancam, "Awas ya kalau kamu berani pakai kartu kredit lagi. Aku akan minta cerai!!!'
Ya, Arif meski bekerja di sebuah bank swasta namun ia adalah orang yang susah menjaga syahwat dalam penggunaan kartu kredit. Sering kali rumahnya disatroni debt-collector tak bermoral yang bicara kasar bahkan mengancam di rumahnya. Istri dan anak-anak Arif sudah tidak kuat dengan teror para debt-collector. Karena itu ia pernah diancam oleh sang istri dengan ultimatum tuntutan cerai.
Kini Arif berada di dua ujung tanduk. Antara membeli keramik mushalla dengan kartu kredit & ancaman cerai dari sang istri. Setelah menimbang sebaik mungkin, ia bulatkan tekad untuk membeli lantai keramik. "Urusan masalah kartu kredit, itu urusan nanti!" gumamnya. Lalu ia pun pergi ke kawasan Percetakan Negara, Jakarta untuk memilih lantai keramik yang cocok. Usai ia memilih lantai keramik, ia pun menggesek kartu kreditnya dengan total tagihan Rp. 2,8 juta. Tak lupa ia mengucap bismillah. Maka Arif kini bersedekah lantai keramik di jalan Allah meski dengan cara berutang lewat kartu kredit.
***
Jelang Ramadhan pun ada agenda keluarga yang sudah dirancang oleh Arif. Ia ingin tahun ini dapat mudik ke kampung halaman dengan berkendara mobil. Hari itu ia memberanikan diri datang ke manager SDM tempatnya bekerja sambil berkata dengan penuh semangat, "Pak boleh gak saya mengajukan permohonan kredit mobil?!" Sayangnya, Arif mengajukan permohonan itu pada momen yang tidak tepat. Awal Ramadhan itu di perusahaannya sedang ada rasionalisasi pegawai besar-besaran. Sebuah langkah yang amat pahit dialami oleh tim SDM, sebab dari atas mereka mendapat tekanan. Sedangkan dari para pegawai di bawah mereka mendapat kecaman. Dalam kondisi tim SDM sedang pusing, Arif malah mengajukan kredit mobil. Dengan sengit manajer SDM itu berkata, "Tidak ada fasilitas seperti itu saat ini. Anda tidak paham ya bahwa kami sedang amat sibuk?!"
Mendapat tanggapan seperti itu, maka Arif pun beringsut.
Namun mungkin ini adalah balasan Allah Swt setelah sedekah lantai keramik itu sudah digunakan oleh warga perumahan untuk lebih dari seminggu.
Siang itu usai shalat Zhuhur dan mendengarkan kuliah agama di mushalla kantor, Arif kembali masuk ke ruang kerja. Pesawat telpon di mejanya berdering. Ternyata di sana adalah suara manager SDM yang memintanya datang segera.
Arif pun datang. Sesampainya di ruangan manager SDM ia disuruh menunggu di ruangan meeting. Sampai saat itu Arif belum tahu ada pasal apa manager SDM memanggilnya. Arif berprasangka buruk, "Mungkinkah aku termasuk karyawan yang akan dirumahkan?" lamunnya.
Lama ia menunggu hingga akhirnya sang manajer SDM datang ke ruang meeting. Di tangannya ada sebuah folder berisikan banyak berkas. Folder itu dibanting di atas meja, dan Arif terkejut mendengar folder itu dibanting.
Sang manajer SDM itu kini sudah duduk berseberangan dari Arif. Ia membuka berkas yang ada di dalam folder lalu ia dapatkan secarik kertas yang bentuknya seperti kertas cheque.
Dengan cara yang tidak sopan, selembar kertas kecil itu dilemparkan ke arah Arif dan ia pun menangkapnya. "Surat apa ini, Pak?!" tanya Arif. Dibenaknya ia masih menduga bahwa ia bakal di-PHK dan ini adalah surat pemberitahuannya.
"Baca saja dan jangan banyak tanya!" bentak manajer SDM.
Arif membaca selembar kertas itu yang ternyata adalah sebuah voucher pembelian sebuah mobil. Di dalamnya terdapat nama lengkap Arif, nomor induk kepegawaiannya dan sebuah nominal sebesar Rp 60 juta. Voucher pembelian mobil itu ditandatangani oleh
Direktur Operasional.
Usai membaca barulah Arif mengerti bahwa kertas itu ada sebuah persetujuan direktur operasional atas fasilitas kredit mobil untuk dirinya. Namun hal yang tidak ia mengerti adalah mengapa sikap manajer SDM menjadi garang seperti ini?
"Saya paling tidak suka bila pak Arif main belakang seperti ini...!!! Saya khan sudah bilang kepada bapak bahwa perusahaan tidak menyediakan fasilitas mobil untuk karyawan dalam masa-masa seperti ini, lalu kenapa bapak bicara langsung kepada direktur operasional...? Itu sama saja mencoreng reputasi saya!!!"
Arif hanya terdiam mendengar celotehan sang manajer. Rasanya ia belum pernah menceritakan hal ini kepada siapapun selain kepada manajer SDM, apalagi sampai menghadap direktur. Namun ia gembira dalam hati sebab ia membayangkan bahwa lebaran ini ia dapat mudik ke kampung bersama keluarga dengan mobil baru. Terserah manajer SDM apakah dia mau marah atau tidak yang penting Arif sudah mendapatkan voucher pembelian mobil di tangannya.
***
Sore itu Arif pulang menuju rumahnya di Cibinong dengan hati penuh kegembiraan. Sesampainya di rumah kira-kira pukul setengah enam sore. Ia bernyanyi riang dan terus bernyanyi. Ia tidak masuk ke kamar untuk berganti pakaian namun bahkan ia duduk-duduk di ruang tamu. Ada gelagat yang tidak biasa sepertinya pada diri Arif, hingga istrinya pun menanyakan ada apa gerangan.
Arif masih terus bernyanyi gembira sambil mengeluarkan dari tas kerja secarik kertas voucher pembelian mobil itu lalu ia letakkan di atas meja.
"Apa itu, Pa?" tanya sang istri. "Baca saja sendiri!" tukas Arif sambil terus bernyanyi. Istrinya pun membaca voucher itu. Namun tidak seperti dugaan Arif, sang istri tidak terlihat gembira membacanya. Bahkan sang istri pergi ke arah lemari dan mengambil secarik kertas.
Bila tadi Arif meletakkan secarik kertas di atas meja. Kini sang istri pun melatakkan secarik kertas pula di atas meja. "Apa itu, Ma?!" Arif balik bertanya. Sang istri menukas dengan ketus, "Baca saja sendiri!!!"
Ternyata itu adalah surat tagihan penggunaan kartu kredit. "Celaka!" gumam Arif. Akhirnya dia ketahuan oleh sang istri telah menggunakan kartu kredit untuk pembelian lantai mushalla. Ia amat takut sekali bila sang istri menuntut cerai.
"Ayo cepat buka...!" sang istri berkata dengan suara meninggi. Arif hanya diam tak berkutik, sungguh ia amat merasa takut. Tidak sedikit pun gurat kebahagiaan tersisa di wajahnya.
Dengan perlahan ia buka amplop tagihan kartu kredit itu dan kemudian ia baca seluruh isi surat. Namun anehnya, ia tidak mendapati tagihan senilai Rp2,8 juta atas pembelian lantai keramik!!!
Seolah tidak percaya, ia ulangi membaca dan tetap saja ia tidak mendapatkan nilai tagihan atas lantai keramik!!!
"Subhanallah...., kok bisa gak ada ya?" Arif berteriak keheranan. Ia pun menelpon pihak bank dan lagi-lagi anehnya bank tidak membaca pada data mereka bahwa Arif melakukan transaksi sebesar Rp 2,8 juta.
***
Itulah kisah yang Arif sampaikan kepada saya bahwa ia telah menuai pertolongan Allah Swt untuk pembelian mobil, namun apa yang ia sumbangkan untuk rumah-Nya dengan cara berhutang rupanya tidak dianggap demikian oleh Allah Swt. Demikianlah sebuah kisah yang menakjubkan tentang pertolongan Allah Swt melalui sedekah. Tidakkah Anda meyakininya?
Booking tempat di neraka
Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan, berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan "terlihat" oleh semua penumpang. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.
Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.
Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!
"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Telpon Tuhan Anda! Tolong pesankan saya, tempat di neraka!"
Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.
Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.
Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.
"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang.
"Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.
Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.
Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.
Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.
Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada!
Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a'lam.
Seperti dikutip dalam http://religiusta.multiply.com/journal/item/233
Pelesetan
2. Dua artis yang sangat tinggi... Lulu Tebing dan Jeremy Monas.
3. Ayam terbesar adalah... Ayam semesta.
4. Bakso yang wangi... Baksona Roll On Deodorant.
5. Bangsawan Inggris yang terkenal dengan acara lawaknya di TV... SirMulat.
6. Fisikawan terkenal dari Batak... Sir Isaac Nasution.
7. Bebek yang terkenal... Bebekstreet Boys.
8. Bola yang disukai anak kecil... Bolaemon.
9. Buah yang bikin bingung... Strawberry (bingung, kan?)
10.Setelah bulan yang ada sekarang ini, kelak ada bulan apalagi?... Bulan depan.
11.Apa itu cemilan?... Cebelum cepuluh, cecudah celapan.
12.Emping yang khusus buat UMPTN... Emping-sil 2B.
13.Mengapa dalang membawa keris ketika pertunjukan wayang?... Sebab kalau bawa kompor, istrinya gak masak.
14.Daun yang lucu... Dauno, Kasino, Indro.
15.Error yang bisa nyanyi... Errorsmith.
16.Es yang bikin panas dingin dan pusing-pusing... Essai.
17.Gajah apa yang belalainya pendek?... Gajah pesek.
18.Kenapa babi bau?... Karena keteknya ada 4.
19.Kenapa Superman nggak kawin ama wonderwoman?... Ya, nggak jodoh.
20.Rambut putih namanya uban, rambut merah namanya pirang, kalo rambut hijau namanya apa? ... Rambutan belum mateng.
21.Kenapa sepatu Superman warnanya merah? Biar matching ama sayapnya.
22.Kopi apa yang bisa menggigit?... Kopiting
23.Bulu apa yang warnanya kuning semua?... Bulubend.
24.Bisnis apa yang terkenal di Amerika dan seluruh dunia?... Bisnispear..Itu lo, penyanyi yg sexy
25.Daun apa yang nggak bisa dipegang?... Daun touch me!
26.Kenapa meja bagian bawahnya selalu kasar, tidak sehalus bagian atasnya?...Karena bagian bawah meja banyak upil yang udah kering.
27.Sambel apa yang ada di pinggir jalan?... Sambel Ban
28.Apa bahasa Cinanya sepi?... Zun yi Zen yap
29.Kenapa anjing laut berkumis? karena mo nakutin kucing laut
30.Daun apa yang paling keras dan sakit? smack daun.
31.Apa bahasa Arabnya diam di tempat? Ta'kabur
32.Kenapa superman bisa terbang?... Kalau bisa nyopir namanya bukan superman, tapi sopir..man..!!
33.Putih, kecil, tapi kalo dipukul ngebangunin orang sekampung?...Nasi nempel di bedug
34.Kenapa anak kucing dan anak anjing suka berantem?... Namanya juga anak-anak !!
35.Dikocok, tegang. Pas keluar jerit senang..Hayo apaan?... Ibu-ibu undian arisan.
36.Siapa nama kecilnya jendral sudirman?... sudirboy.
37.Negara apa yang paling banyak muncul dalam peribahasa? ...Swedia, dalam peribahasa "swedia payung sebelum hujan"
38.Orang apa kalau dipukul gak sakit-sakit?... Orang gak kena, yeeeeeeeeee!
39.Jus apa yang turun dari langit?... Jus...tru itu saya ngga tau.
40. Bagaimana suara kucing kalo jalannya mundur? ...gnooooem ...
Humor
ANGON WEDHUS
Bunali pethuk Wonokairun lagi angon wedhus.
"Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh yo ?" jare Bunali
"Yo lumayan " jare si Mbah
"Pira kabehe, Mbah ?" takon Bunali maneh
"Sing putih opo sing ireng ?"
"Sing putih, wis"
"Selawe"
"Wik, cik akehe!. "Lha sing ireng?'"
"Podho..." jare Wonokairun ambek ngarit suket
"Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah.."
"Yo.."
"Pirang kilo mangane sakdino ?"
"Sing putih opo sing ireng ?"
"Sing ireng, wis"
"Yo kiro-kiro limang kiloan"
"Lha sing putih?"
"Podho . . ."
Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok kudu mbedakno sing putih tah ireng, wong jawabane yo podho ae.
"Mbah, opoko lek tak takoni perkara wedusmu, sampeyan mesti leren takon sing putih tah sing ireng barang. Padahal masiyo putih utawa ireng, jawabanmu podho terus. Sakjane ngono onok opo?"
"Ngene lho, sing putih iku wehusku..."
"Lha sing ireng ?"
"Podho . . ."
________________
Semongko Diracun
Bunali lagi pusing soale kebon semongkone ben bengi dijarahi wong, padahal lagi wayahe panen.
Wis diakali macem-macem sik pancet ae akeh sing ilang.
Jarene wong sing nyolong iku Wonokairun, tapi Bunali gak wani nangkep.
Akhire Bunali nemokno cara cik malinge kapok.
Sore-sore sak durunge mulih, Bunali masang papan peringatan sing onok tulisane ngene, "Awas !!! Ati-ati lek arep nyolong. Salah siji semongkoku iki wis tak suntik racun"
Mari ngitung semongkone sing mateng, kabeh onok limolas, Bunali mulih.
Sisuke Bunali nyambangi kebone maneh, pas di ijir semongkone sik pancet limolas.
"Wah tibake malinge gocik, tak bujuki ambek pengumuman ae wis wedhi " pikire Bunali.
Mari ngono Bunali ndhelok papan pengumumane ambruk, wah paling ketiup angin, pikire Bunali maneh.
Pas diwalik, tibake papan pengumumane ditambahi tulisan ambek malinge,
"Awas !!! saiki onok loro".
________________
Wedhi karo Bojo
Mari pegatan muntiyadi terus rujukan maneh karo romlah.Masalahe muntiyadi cinta pol karo romlah.
Kapanane ndek kesatuanne muntiyadi, tentara diperintah baris.Tapi komandan njaluk barisanne dibagi loro.
Barisan sing pertama tentara sing wedi karo bojone.Barisan sing kedua tentara sing gak wedi karo bojone.
Pas komandan ngecek barisan.Barisan sing pertama akeh pol…Barisan sing kedua cuman siji yo muntiyadi
Komandanne takok nang muntiyadi :
Opo’o peno kok gak wedi karo bojo?.
________________
Numpak Taksi
Muntiyadi mari mulih jogo kiro-kiro jam rolas bengi.
Embong wis suepi, gak onok bemo sing lewat, ojek yo gak onok.
Muntiyadi malih merinding disko opo maneh ketepakan saiki malem Jum'at kliwon.
Mari ngenteni sui, akhire onok taksi liwat, waduh lumayan pikire.
Mari mlebu taksi lungguh ndhik mburi, Muntiyadi terus ngandani supir taksine njaluk diterno mulih nang Wiyung.
Mergo kekeselen, gak sui Muntiyadi langsung keturon pules.
Pas enak-enak turu, Muntiyadi moro-moro keroso taksine kok tambah alon.
Bareng didelok dhadhak supir taksine wis gak onok, tibake montore mlaku dhewe.
Muntiyadi tambah gemeter pas ndhelok tibake taksine lagi ngeliwati kuburan.
Mergo gak kuat nahan wedhi, Mutiyadi bengok-bengok ambek kepuyuh-puyuh "Tolong !!. . .tolong !!".
Moro-moro seko jendelone taksi, onok endhase supir taksi njengongok.
Muntiyadi tambah pucet gak karuan, tibake supir taksine ngomong ngene.
"Hee cak . .ojok turu ae . .Ewangono nyurung, montore mogok iki lho. ."
_________________
Sayang Anak
Muntiyadi oleh tugas penyerbuan nang sarange GAM.
Repote, anake Muntiyadi sing jenenge Tole umure sik sepuluh taun gak gelem
ditinggal njaluk melok.
Mergo sayang anak, akhire Tole dijak pisan, mari mulih sekolah langsung
melok numpak pesawat.
Nang pesawat wis onok koncone Muntiyadi jenenge Togog ambek Gempil.
Pas nang awang-awang, dhadhak mesin pesawate mbrebhet terus mati.
Wong papat iku mau mulai pucet kepoyoh-poyoh royokan parasut.
Lha masalae parasute iku mek telu, padahal wonge onok papat termasuk Tole
anake Muntiyadi.
Mergo wedhi kedisikan, Togog langsung nyaut parasut terus terjun metu pesawat.
Mari ngono Gempil gak gelem kalah, melok nyaut parasut terus terjun pisan.
Muntiyadi terus rundingan ambek anake, sopo sing kudhu ngalah soale parasute
kari sithok.
"Le anakku, parasut iki gawe awakmu ae, masa depanmu sik dhowo. Bapak mek
titip salam gawe mbokmu yo Le."
"Pak, sampeyan wis gak usah mbrebes mili, ngisin-ngisini markas besar ae.
Iki lho parasute sik onok loro. " jare Tole.
"Lho kok isok ngono, lak mau wis disaut Togog ambek Gempil ?" Muntiyadi heran.
"Sing disaut Om Togog iku mau tas sekolahku . . ."
_________________
Mat Pithi pensiunan marinir
Tepak Mat Pithi dadi marinir mbiyen, tau dines nang Kalimantan Utara.
Operasi Dwikora, eling gak peno-peno kabeh?
Pas mlebu-mlebu alas, wong mungsuhe yo gak main-main, pasukan Gurkha, jare, Mat Pithi kepeksa ngorban-no sikile sing ngidhek ranjau darat.
Yo ambyar, rek, sikil sing sebelah tengen. Untung kanca-kancane cepet nggawa Mat Pithi nang barak, dadi jik isok ketulungan nyawane.
Perkara sikile sing tengen, yok opo maneh, wong ancur mulai ngisore pupu thithik sampek ngisor.
Cobak rodok munggah thithik, isok kantong menyan sing gondal gandul iku katut bablas.
Begitu tekan barak, langsung diupokoro mbarek dokter-dokter bedah sing ahli.
Sikile sing karek thithik jik isok ditulung, tapi disambung mbarek sikil liya, sing wonge wis mati.
Kanibal, ngono, lah… Cumak, wong situasi darurat, yo oleh sikil sak kecandake.
Dawane rodok kacek kira-kira 2 cm. Wis gak opo-opo.
Rodok pincang thithik lak malah tambah gaya, lah, wong tentara mulih saka perang.
Isok digawe crita. Jugak kelire kulite sing rodok gak patek podo.
Mat Pithi ireng, sikil gajulane rodok putih. Wis, yo gak opo-opo.
Wong yo nek dines kan nggawe clono. Nek ndik omah, ya sarungan.
Sing penting sikilan, gak nggawe kruk.
Mat Pithi onok meh sewulan ndik rumah sakit (wis diusung saka barak sing ndik garis depan).
Durung isok mudhun, ngenteni sambungan sikile waras.
Mat Pithi ya wis lumayan marem, gak perlu nggawe kruk engkuk-e.
Bareng wis waras, Mat Pithi wis mulai dines maneh.
Mlakune tambah gagah, masiyo rodok pincang thithik.
Tapi jik tetep tegap.
Marinir, rek…. Cumak, onok sing aneh mbarek Mat Pithi sak iki.
Nek katene nguyuh mesti tiba, nggluntung. Mak glundung….
Wis pirang-pirang dina iki Mat Pithi nek nguyuh mesti golek nggen sing rodok sepi.
Lha lak isin, se. Wong angger nguyuh mesti ngglundhung, kok…
Gak kuat nandhang wirang koyok ngono, Mat Pithi njaluk ketemu mbarek dokter sing ngoperasi sikile mbiyen.
Wong wis suwi, ya rodok kanglena ketemune.
Barang ketemu, Mat Pithi nyritakno nasibe sing dialami sak iki.
Doktere terus mbukak arsipe. Ndeleki data-data sing tau dinggo ngoperasi Mat Pithi mbiyen.
Ketemu, wis …. Tibak-e critane ngene.
Sikil sing dinggo nggajuli sikile Mat Pithi sing ancur mbiyen iku sikile arek wedok.
Lha nek pas katene nguyuh, sikil tengen sing sikile arek wedok iku njaluk ndodok….
__________________
Nontok bioskop
Mat Pithi, arek mbethik, hobbyne nontok bioskop. Paling seneng filem India.
Gak ilok. Pokok bioskop Golden Gate, cidek jembatan Pethekan, Ujung, main filem india, gak kathik akeh pikiran, masiyo duwik bayaran sekolah, yo digawe.
Tapi sak iki Mat Pithi kepothokan. Lha yok opo, wong duwik sing kate digawe nontok bioskop iku katene gigawe nambakno untune sing lara. Bioskop mbayare sewu. Digawani bapake rong ewu, pas kanggo mbayar dokter gigi.
Ndik jalan Sasak, onok dokter gigi sing omahe gak patek adoh. Sing siji dokter gigi Nursalim, sijine Awad Dahdah. Mat Pithi marani dokter gigi Nursalim.
Pas tekan njero dek e takon, ‘pak dokter, cabut gigi mbayar pinten?’ Dokter Nursalim kanda ‘Rong ewu, cung’ ‘Oleh gak sewu?’
Dokter Nursalim kanda mbarekl mbanyol ‘Oleh ae, pokok gak kathik dibius’. Batine Nursalim, endi onok wong sing kuat dicabut untune gak kathik dibius.
Mari takon Mat Pithi metu saka ruangane dokter Nursalim. Doktere nerusno ngladeni pasien liya.
Mat Pithi, mari saka dokter Nursalim, mara nang dokter Awad. Ndaftar, njaluk dicabut. Gak suwe Mat Pithi dipanggil, terus dikongkon lungguh nang kursi pasien. Sak wise dipriksa, terus dijupukna suntikan bius. Mat Pithi disuntik. Pipine krasa abuh, kandel. Bar disuntik, Mat Pithi kongkon metu ruangan, ngenteni dipanggil maneh, kate dicabut untune.
Mat Pithi metu. Tapi gak ngenteni ndik ruang tunggu, malah mlayu nang dokter Nursalim, kanda nek siap dicabut.
Dokter Nursalim wis kadhung kemakan omongane dewe, yo kepeksa gelem ngladeni
Mat Pithi. Dicabut nggak gawe bius. Nursalim ya bingung, arek iki cik kuate dicabut gak dibius kok meneng ae. Mari dicabut, Mat Pithi mbayar sewu, terus lunga nontok bioskop. Nursalim gedheg-gedheg.
Bareng wis dirasa wayahe, dokter Awad metu ruangan, kate njabut untune Mat Pithi. Didelok ndik ruang tunggu, endi arek iki. Ya, uwis…. Kapan-kapan, Nursalim mbarek Awad ketemu, wong pancen sak tonngoan ae. Sering ketemu. Awad crita, nek dek-e tahu ngopeni pasien sing kuat banget.
Tak cabut untune padahal gak tak bius iku, lho, Wad, gak ketok lara’.
Awad kaget, ‘Arek-e ireng, klambi kotak-kotak?’
‘Iya’
‘Lha, iku lak pasienku. Mari tak suntik bius, dadak gak balik’.
_________________
Lara mata
Mat Pithi lara mata, matane kepeksa diperban loro-lorone.
Lunga nang dokter mata dituntun anake mergo gak eruh dalan.
Teko ndhik dokter mata langsung lingguh ndhik ruang tunggu,
anake dikongkon mulih “Wis kono muliho, koen ngrewangi ibumu. Mari ditambani mengko aku isok mulih dhewe”,
anake langsung nggeblas mulih. Bojone ndhik omah nunggu suwe Mat Pithi gak balik-balik.
Akhire bojone nyusul nang dokter mata. Teko kono bojone eruh Mat Pithi ndhik ruang tunggu lungguh dhewekan.
Mbasan eruh tulisan ndhik lawange ruang praktek dokter mata, bojone kaget,
Mat Pithi diseneni “Ealah Pak, pak..lha koen nunggoni sampek jam-jaman ya gak bakal dipriksa.
Lha iku ndhik lawang onok tulisane “HARI INI TIDAK PRAKTEK”.
Mat Pithi akhire ketemu ambek Doktere mata.
Jare pak Dokter, matane Mat Pithi lara mergo kelenjar air matane gak berproduksi maneh.
Pak Dokter mata duwe akal, matane Mat Pithi dioperasi, saluran air mata disambungno ambek kelenjar air liur.
Mari dioperasi Mat Pithi kerasa enak, matane gak pedhes maneh.
Tapekno Mat Pithi tambah soro.
Yo’opo gak soro lha nek eruh panganan dudu cangkeme sing ngiler tapi matane sing mbrebes mili.
_________________
Mat Pithi, sales sabun deterjen
Pengalamane Mat Pithi blusukan nang rumah tangga ndik kampung-kampung, merga dadi sales sabun deterjen, isok nggandeng Saropah, arek kemayu Kaliasin gang Pompa.
Gak urung, sing jenenge pacarane arek sak iki, gak cumak dulat-dulit, tapi yo dulak-dulek. Kathik milih enggon ae yo ndik losmen barang. Cobak, opo maneh sing didulek-i nek wis ndik kamar arek loro.
Pisanan kedadeyan, abuk-abukan sampek lali, ngantek wong loro uda bareng, terus dulinan mama-mama-an, papa-papa-an. Jenenge wong lali, yok opo se….,kedadeyan, wis.
Bareng wis mari, saropah kaet eling, nek wis melakukan perbuatan sing kudune durung oleh.
Saropah nangis ngguguk. “Onok opo dik, kok awakmu nangis?’, pitakone MatPithi.”
“Yok opo katene gak nangis, cak, awakku iki sak iki wis gak suci, wis kenek noda”, kanda ngono ambek tambah banter nangise. Mat Pithi langsung nyaut
“Perkara noda ojok kuatir,dik. Aku duwe produk sing jenenge deterjen anti noda. Bahkan, noda bandel sekalipun”
“Saropah yo tambah get olehe nangis, rek….. !
_______________
Pikun
Sore-sore Wonokairun nangis gerung-gerung ndhik pinggir embong ambek napuki sirahe.
Gak sui Bunali liwat, begitu ndhelok onok wong tuwek nangis langsung mandhek nakoni.
“Mbah, laopo sampeyan nangis ndhik pinggir embong ?” takok Bunali.
“Aku ndhuwe bojo anyar ndhik omah, sik tas ae tak rabi, umure 20 taun, sik enom, ayu, semlohe. ” jare Wonokairun ambek nangis.
“Lho lak enak se sampeyan, laopo kok nangis lho ?. “
Bunali mulai bingung. “Ngene lho cak, wis ayu, bojoku iku yo pinter masak. Opo ae kari njaluk, jangan asem, rawon, brengkes, sembarang sing enak-enak pokoke. ” jare Wonokairun.
“Lha kurang opo maneh sampeyan Mbah. Ngono kok sik mewek ae. ” Bunali tambah bingung.
“Mari ngono yo, bojoku iku setia pol ambek aku. Lek onok sing nggudho langsung dikandhakno aku. ” jare Wonokairun maneh.
“Lek ngono ceritane, lha terus opoko sampeyan kok nangis gerung-gerung gak mari-mari ?” Bunali wis gak sabar meneh.
“Masalae aku lali ndhik endhi omahku . . . .”
________________
Mancing
Sore-sore mari udhan, Wonokairun mancing nang got cilik ndhik ngarepe warunge Mbok Ten.
Ambek rokokan klobhot, Wonokairun ndhodhok sarungan nyekeli pancinge.
Wong-wong sing katene andhok mesti ndhelok Wonokairun.
Onok sing sakno, onok sing kudhu ngguyu, onok sing ngiro wong gendheng yo onok sing cuek ae.
Gak sui Bunali teko katene andhok pisan. Bareng ndhelok Wonokairun koyok ngono langsung gak mentolo.
“Mbah, ayok melok aku mangan, wis tah tak bayari ojok kawatir. ” jare Bunali.
Pertama Wonokairun isin-isin gak gelem, tapi mari dibujuk-bujuk akhire gelem.
“Sampeyan pesen panganan opo ae sak senenge,” jare Bunali.
Mari mangan warek, Bunali ngejak Wonokairun ngobrol.
“Sampeyan mancing ndhik peceren kono mau mosok onok iwake ?” takok Bunali.
“Yo onok rek !! Lek gak, lha lapo tak belani ndhodhok sarungan sak uwen-uwen. ” jare Wonokairun.
“Mosok se Mbah. Wis oleh iwak piro Sampeyan ?” jare Bunali gak percoyo.
“Awakmu sing ke limo . . .”
__________________
Purik
Sumar lagi enak-enak nontok bal-balan ndhik tv, moro-moro bojone ngeriwuki.
“Cak, lampu terase pedhot, tulung pasangno sing anyar po’o”.
“Masang lampu ?!!!. Kon kiro aku iki PLN tah…!!! ” jare Sumar muring-muring.
“Yo wis lek gak gelem, ngene ae cak, tulung benakno kran banyu ndhik jeding po’o cak, eman banyune amber-amber” takok bojone maneh.
“Mbenakno kran ?!!!. Kon kiro aku iki PDAM tah …!!! ” jare Sumar ambek menteleng.
“Lengo gase yo entek pisan cak, lek sampeyan tuku rokok aku tulung tukokno pisan po’o cak..”
“Dikandani jek nambeng ae arek iki, kon kiro aku iki PERTAMINA tah ..!!! “
Sumar tambah mangkel.
Mergo mangkel diriwuki terus, Sumar minggat nontok bal-balan ndhik omah koncone.
Mulih jam loro isuk, Sumar kaget terase wis padhang. Pas wisuh ndhik jeding banyune yo wis gak amber maneh.
Sumar yo ndhelok lek jerigen lengo gase wis diisi full.
Isuke Sumar takok ambek bojone sopo sing nulungi.
“Ngene lo cak, mari sampeyan minggat mau, aku nuangis ndhik ngarep omah. Mari ngono onok arek lanang ngganteng teko. De’e takok opoko kok nangis. Aku yo cerito lek lampuku pedhot, kranku bocor,lengo gasku entek, bojoku purik. Lha de’e nawakno kate nulungi cumak onok sarate…. ” bojone cerito.
“Opo sarate ?” Sumar mulai curiga.
“Sarate iku aku isok milih, nggawekno roti utowo nglencer karo de’e ” jare bojone.
“Lha terus kon nggawekno roti opo..? ” Sumar takok maneh.
“Nggawekno roti ?!!!. Kon kiro aku iki Pabrik Roti tah !!!…”
___________________
Bakul Bakwan
Enak-enak turu tengah wengi, anake cak Srondhol nuangis koyok wong kewedhen.
“Aku ngimpi mbah Kakung mati …” jare anake.
“Wis gathik mewek, turuo maneh, iku ngono mek ngimpi” jare cak Srondhol.
Isuke onok interlokal ngabari lek Bapake Cak Srondhol kenek serangan jantung, mati.
Minggu ngarepe, anake nangis maneh tengah wengi.
“Aku ngimpi mbah Putri mati….” jare anake.
“Wis tha percoyo aku, iku ngono mek ngimpi, age ndhang turuo maneh” jare cak Srondhol.
Menene onok interlokal maneh lek ibuke cak Srondhol tibo kepleset ndhik jedhing, mati pisan.
Mari pitung dhinone ibuke, anake nangis maneh tengah wengi.
“Aku mimpi bapakku mati… ” jare anake.
“Koen ojok percoyo ambek ngimpi, wis kono turuo maneh” jare cak Srondhol.
Mari anake turu maneh, genti cak Srondhol sing gak isok turu.
Ketap-ketip, pucet kewedhen dhewe, pas temenan aku kate mati pikire.
Isuke bojone cak Srondhol genti sing nangis berok-berok.
“Opoko koen iku isuk-isuk wis mbrebes mili ?” jare cak Srondhol.
“Iku lho Cak…. bakul bakwan langgananku mati….”
________________
Babaran
Bojone Turkan mbobhot guedhe, wis kari ngitung dino.
Jare konco-koncone, onok dukun sekti jenenge Wak So sing isok mindahno lorone wong ngelairno seko ibuke ndhik bapake jabang bayi.
Mergo kepingin nyenengno bojo, Turkan manut opo jare konco-koncone.
Pas wis wayahe, Turkan ngeterno bojone ndhik nggone Wak So.
Karo Wak So, Turkan ditakoni kiro-kiro sak piro kuate nanggung lorone wong babaran.
Gawe permulaan Turkan njaluk seprapat dhisik.
Ambek Wak So, Turkan sikile dicancang tali rapia terus dikongkon cekelan amben sing kuat, soale masio mek seprapat, lorone wis gak ketulungan.
Mari moco aji-aji, Wak So mulai mindahno lorone bojone Turkan sing wis tambah mules.
Tibake Turkan menter gak bengok-bengok blas. Wak So bingung, cik kuate arek iki.
Malah Turkan njaluk ditambah maneh lorone.
Ambek Wak So dipindahno maneh lorone sampek separo.
Tibake Turkan tetep menter gak keroso loro blas.
Mergo sik keroso kuat, Turkan njaluk ditambah maneh lorone sampek telung prapat.
Masio bingung Wak So tetep nuruti panjaluke Turkan iku.
Tibake Turkan sik pancet menter, cumak rodhok pucet sitik.
Jarene Turkan, “Wis Wak So, lorone kekno aku kabeh ae, cik bojoku gak usah ngerasakno loro blas”.
Mari ambekan dhowo, Wak So ngepolno tenogone gawe mindahno lorone ndhik Turkan kabeh.
Gak sui ngono bayeke langsung lahir.
Bojone Turkan ketok seger mergo gak loro blas, bayeke yo seger, Turkan yo sik isok mesam-mesem.
Ambek Wak So, Turkan disalami, “Hebat awakmu nak”.
Gak sui Turkan sak keluarga pamitan mulih.
Bareng katene mlebu montor, supire Turkan digugah mueneng ae, tibake wis mati …..
_______________
Rp. 200,000
Sore-sore jam 3 onok tamu teko omahe Cak No.
“Kulo nuwun. Aku Kusen ning. Cacakmu onok tah ?” jare tamune.
“Sik durung mulih.. diluk ngkas paling, pinarak sik cak..” jare bojone Cak No.
Mari ngono arek loro malih asik ngobrol ambek ngenteni Cak No mulih.
“Sik tah ning, lek tak sawang-sawang sampeyan iku ayu lho athik seksi pisan” Kusen mulai ngerayu.
“Peno jok macem-macem lho, tak kandakno bojoku tebhal sampeyan” jare bojone Cak No.
“Ngene lho ning, aku wis gak tahan maneh. Lek aku oleh sun pipi sampeyan pisan ae, dhuwik satus ewu iki jupuken” jare Kusen ambek ngetokno seket ewuan loro.
Pikire bojone Cak No, mek disun thok ae, gak bakal konangan, opomaneh jamane krismon lak lumayan tah.
“Yo wis, tapi diluk ae yo”. jare bojone Cak No. Mari ngesun, Kusen ngekekno dhuwike.
“Tapi ning, aku sik gak lego lek gak ngesun karo-karone. Lek oleh ngesun sitoke, tak kei satus ewu maneh” jare Kusen.
Pikire bojone Cak No, yo gak opo-opo se, paling mek diluk koyok mau. Mari ngesun, Kusen ngetokno satus ewu maneh.
Bojone Cak No sueneng gak karuan, “Sing iki pisan cak… gae bonus”, jarene.
Mari ngono Kusen terus pamitan alasane kesuwen ngenteni Cak No gak teko-teko soale katene arep onok urusan liyo.
Gak sui, Cak No mulih. “Cak mau onok konco sampeyan teko jenenge Kusen, wonge antik pol..” bojone cerito.
“Oh iyo pancen mbethik arek iku.. Jarene kate nyaur utang rongatus ewu, wis dibayar tah ?.”
_________________
Mulih Gasik
Munawar, Sapari ambek Kelik kerjo ndhik pabrik paralon.
Arek telu iki wis sui koncoan apik, cumak sayang Kelik wonge rodhok ndlahom sitik.
Arek telu iki niteni, ben dino bosse mesti mulih ndhisiki, jam loro awan ngono wis amblas.
Sui-sui arek telu iki mangkel kate melok-melok.
“Wis ngene ae rek, mene lek boss moleh awan, kene yo melok mulih awan pisan” jare Munawar.
Menene temenan, jam loro awan bosse wis mulih. Langsung ae arek telu iku melok amblas.
Munawar gak moleh tapi langsung nang bengkel mbenakno sekok sepeda montore.
Lek Sapari mek salin thok terus budhal mancing.
Kelik thok sing mulih omah, langsung njujug kamar.
Lawang kamare dibukak alon-alon, karepe kate ngageti bojone.
Dhadhak malah Kelik dhewe sing kaget.
Masalae pas lawange dibukak Kelik ndhelok bojone lagi turu ambek bosse.
Mari ndhelok ngono, Kelik nutup lawange maneh alon-alon terus minggat.
Menene Sapari ngejak mulih gasik maneh, “Lumayan rek aku wingi oleh tombro gedhe-gedhe”.
“Ayok wis, aku tak melok kon mancing ae” jare Munawar.
Kelik thok sing gak gelem “Gak wis, gathik!!!. Kapok aku”.
“Lho opoko kon iku.?” takok konco-koncone.
“Soale wingi aku meh konangan..”
_________________
Kaspo thok !!!
Sudjak pamitan ambek bojone kate tuku rokok sedhiluk.
Mari tuku rokok, dhadhak Sudjak kepethuk bekas pacare biyen.
Gak keroso enak-enak sir siran dhadhak wis jam rolas bengi.
“Waduh blaen iki, isok mencak-mencak bojoku. Aku njaluk wedhakmu sithik.” jare Sudjak ndhik bekas pacare.
Mari njaluk wedhak, Sudjak pamitan mulih.
“Ndhik endhi ae peno iku Cak, tuku rokok nang Hongkong tah ?” bojone mulai purik.
“Ngene lho dhik, mari tuku rokok aku pethuk cewek ayu terus dijak sir siran sampek lali mulih” jare Sudjak.
“Cak.. cak.. modelmu ae athik sir siran barang.. sik ndhelok tanganmu !!!” jare bojone Sudjak.
Pas didhelok, tangane Sudjak putih kabeh.
“Kaspo thok . .!!! Mene sampek konangan karambol maneh awas kon yo !!!”
_______________
Mbah Jo
Mbah Jo dirawat ndhik rumah sakit. Jare doktere asmane wis kronis, irunge sampek dipasangi selang.
Wis pirang-pirang dino iki mbah Jo meneeng ae koyok wong koma, mripate thok sing ketap-ketip.
Dikiro wis wayahe mangkat, anake nyelukno mudhin ben didungakno.
Pas mudhine enak-enak ndungo, moro-moro Mbah Jo megap-megap gak isok ambekan, raine pucet, tangane gemeter.
Nganggo bahasa isyarat mbah Jo nirokno wong nulis.
Anake ngerti maksute, langsung dijupukno kertas ambek pulpen. Ambek megap-megap, mbah Jo nulis surat.
Karo siso-siso tenogone mbah Jo ngekekno surate iku mau nang pak Mudhine.
Ambek Pak Mudhine kertase iku mau langsung disaki, rasane kok gak tepak moco surat wasiat saiki, pikire pak Mudhin.
Mari ngesaki surat pak Mudhin nerusno ndungone.
Gak sui mari ngono mbah Jo mangkat. Akeh wong sing kelangan, soale masio sangar, mbah Jo iku wonge apikan.
Pas selametan pitung dinane Mbah Jo, Pak Mudhin diundang maneh.
Mari mimpin ndungo, Pak Mudhin lagek iling lek dhe’e nganggo klambi batik sing digawe pas mbah Jo mangkat.
Lha ndhik sake lak onok titipan surate Mbah Jo tah, waduh selamet iling aku rek, pikire pak Mudhin.
“Derek-derek sedoyo, onok surat seko almarhum Mbah Jo sing durung tak sampekno nang peno kabeh. Lek ndhelok mbah Jo pas uripe, isine mestine nasehat kanggo anak putune kabeh. Ayok diwoco bareng-bareng isi surate”.
Mari ngono pak Mudhin ngerogoh surat ndhik sake, bareng diwoco tibake munine..
HE.. NGALIO DHIN !!! OJOK NGADHEK NDHIK SELANG OXIGENKU !!!
________________
Avtur
Uwar ambek Joko koncoan apik, karo-karone kerjo ndhik Lanud Juanda bagian pengisian BBM Pesawat.
Bengi-bengi pas udhan deres, Juanda sepi gak onok pesawat sing wani mudhun, wong loro iku malih nganggur gak onok gawean.
“Adem-adem ngene enake ngombe yo” jare Uwar.
“Wah iyo tepak iki. Awakmu tau krungu tah lek avtur iku isok diombe ?” jare Joko.
“Yo tau se, jarene lek ngombe avtur isok mak busss !!..kon wani nyobak tah?” Uwar mulai gunggungan.
Mari ngono arek loro mbukak krane truk tanki avtur.
Wis tuwuk ngombe arek loro iku mulih terus keturon.
Isuke pas Uwar tangi, rasane awake sueger kuat.
Moro-moro onok tilpun muni, tibake Joko sing nilpun.
“Yok opo kon War..?” jare Joko
“Wah whuenak, kon yok opo ?” jare Uwar.
“Awakku yo sueger pisan. Kon gak teler tah ?” jare Joko.
“Gak blas, aku yo gak ngelu blas. Wis pokoke enak. Mene nyobak maneh tah ?” jare Uwar.
“Yo setuju, cumak aku kate takok, kon wis ngentut dhurung ?” takok Joko.
“Dhurung..” jare Uwar.
“Wah gawat iki. Wis pokoke kon ojok sampek ngentut yo. Diempet ae sak kuatmu. .” jare Joko.
“Lho opoko masalae ..?” Uwar bingung.
“Soale aku saiki ndhik Banjarmasin..”
_______________
Lobang
Sakri ambek Nasip mlaku budhal mancing. Moro-moro Nasip ndhelok onok lobang guedhe.
“Eh ayok dites jerune sak piro se lobang iki” jare Nasip.
Sakri njupuk watu kali terus diuncalno ndhik lobang mau. Sui gak onok suorone blas…
“Whuik jerune…,” jare Sakri
“Watune kurang gedhe be’e, cobak kelopo” jare Nasip.
Sakri njupuk kelopo terus diuncalno maneh ndhik lobang.
Sepiii gak onok suorone….
“Whuik jerune…,” jare Sakri
“Sik golek sing luwih gedhe maneh,” jare Nasip.
Mari golek-golek, arek loro iku akhire nemu beton bekas bantalane rel sepur.
Berhubung abhot, betone digotong wong loro terus disurung mlebu lobang.
Tapi yo ngono, suiii gak onok suorone…
“Cik jerune lobang iki..” jare Sakri
Moro-moro seko semak-semak, onok wedhus mlayu katene nubruk arek loro.
Selamete arek loro iku isok ngelesi, tapi sakno wedhuse sing kecemplung lobang.
Kagete jik durung ilang, moro-moro onok Wak Dri nggowo arit takok nang arek loro iku.
“He rek, kon ndhelok sing nyolong wedhusku tah ? Tak bacoke wonge !!!”, takok Wak Dri.
“Wah gak ngerti Wak Dri, cumak sik tas ae onok wedhus kecemplung lobang iku” jare Nasip.
“Oo gak mungkin.. dhudhuk wedhusku lek sing iku, wedhusku mau tak cancang ndhik betone rel sepur “
________________
Rasa Stroberi tah . . .?
Pas acara perpisahan arek TK, setiap murid nggowo kado gawe bu gurune. Sing pertama maju anake pedagang bunga. Bu gurune ngambung kadone ambek mbedhek,Pas acara perpisahan arek TK, setiap murid nggowo kado gawe bu gurune. Sing pertama maju anake pedagang bunga. Bu gurune ngambung kadone ambek mbedhek,
“Isine kembang yo….”.
“Seratus buat bu guru..” jare anake pedagang bunga.
Sing kedua maju anake wong dhodhol mracang. Ambek bu gurune kadone dikocok-kocok. Wah iki rodok angel mbedheke, pikire.
“Isine permen yo…”.
“Pinter bu guru..” jare anake wong dhodhol mracang.
Mari ngono, maju anake wong dhodhol es krim. Pas kadone diangkat, dhadhak netes. Ambek bu gurune tetesane diincipi.
“Es krime rasa anggur yo…” jare bu gurune kemeruh.
“Salah…” jare areke.
“Rasa stroberi tah…?” bu gurune kemeruh maneh.
“Salah ..” jare areke.
“Wis aku nyerah, rasa opo sih iku” takok bu gurune.
“Isinya anak anjing kok bu guru…”
_________________
Salesman
Kapanane onok Salesman Vaccum Cleaner teko nhik omahku. Ewangku durung sempet ngomong opo-opo moro-moro salesman iku mau langsung nyebarno tembelek wedhus ndhik karpet.
Jarene ngene ”Wis pokoke buk, lek sampek vaccum cleanerku iki gak isok nyedot, tak jamin tak emploke sithok-sithok tembeleke wedhus iku.”
Jare ewangku “Peno kepingin didhulit sambel tha ngemploke ?”.
“Lho opoko masalae ?” salesmane takok.
“Lha peno gak ndhelok tha saiki lampu mati …”
Minggu, 08 Maret 2009
Sedikit Tentang Musik...

Semoga bisa nambah pengetahuan, istilah-istilah ini diambil dari beberapa sumber, jika ada yang menambahkan monggoh saja………..
Musik
bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Suara
Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).
Nada
Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.
Ritme
Pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).
Melodi
Serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).
Harmoni
Secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.
Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.
Pitch
Suara dapat diklasifikasikan dalam beberapa Pitch (titi nada), berdasarkan frekuensinya atau jarak yang mengacu pada pitch. Pengaturan adalah suatu proses yang dilakukan untuk not titi nada itu. Perbedaan pitch antara dua not disebut dengan interval.
Timbre
Dalam musik, Timbre adalah kualitas dari suara yang mencirikan seseorang dengan orang yang lain yang sesuai dengan spektrum suara.
World Music
Jenis musik yang menggabungkan antara western dan non-western-music. World Music berkembang sejak komponis Claude Debussy memboyong gamelan jawa ke Paris pada tahun 1889 untuk meramaikan perayaan 100 Tahun Revolusi Prancis. Pada umumnya orang mengenal istilah World Music sebagai gabungan musik etnik setempat dengan western-music atau musik (dari) barat.
Refrain
Bentuk pengulangan musik dalam sajak/syair. Penggunaan Refrain selalu dihubungkan dengan musik populer, terutama Rock n Roll, dimana sebuah lagu/musik yang berstruktur Verse-Chorus-Verse dalam tiap nyanyian. Dalam musik Refrain mempunyai dua bagian, yang berhubungan dengan lirik lagu dalam sebuah nyanyian dan nyanyian itu sendiri. Kadang Refrain memilliki kata yang berulang-ulang.
Pentingnya Belajar Membaca Notasi
Namun meskipun kita dianugerahi kelebihan seperti
itu pada titik tertentu kita akan menghadapi berbagai kendala mengenai berbagai “musical concept” yang disebabkan karena kita tidak bisa membaca notasi. Jika kita adalah seorang musisi atau ingin serius bermain gitar tentu kita perlu mengurangi kata bakat dalam kamus kita.Kita tidak perlu sibuk menilai diri kita memiliki bakat atau tidak. Kita hanya perlu konsern seberapa besar kecintaan kita terhadap musik dan gitar. Kita hanya perlu konsern dengan seberapa besar kita dapat mengembangkannya. Memiliki bakat atau tidak itu urusan orang lain bagaimana penilaian mereka terhadap kita, dan biasanya penilaian tersebut meleset. Apa yang mereka pikirkan tidak seperti yang sebenarnya. Bahkan para ahli tentang kinerja otak, psikologi dan pengembangan diri mengatakan bahwa kita lebih hebat dari yang kita bayangkan selama ini.
Kita akan melihat dengan jelas kemajuan kita ketika fokus dengan apa yang kita lakukan. Jika kita mencintai blues, ketika kita ingin bermain seperti Jimi Hendrix atau Stevie Ray, -dan hanya itu yang ingin kita lakukan- maka membaca notasi tidak perlu dijadikan prioritas utama. Bermain secara rutin dengan sesama pemain gitar yang memiliki style dan minat yang sama bisa menjadi prioritas. Belajar ratusan licks dan solo bisa menjadi prioritas. Namun tentu saja setelah begitu banyak proses dan pengalaman kita mulai perlu membaca notasi.
Ada sebagian orang yang baru belajar gitar dan mungkin alat musik lain merasa perlu untuk mengetahui setiap teknik atau scale yang kita tunjukkan kepada mereka. Mereka penasaran dan ingin tahu apa yang mereka lakukan secara ?mental? mungkin tentang nama kord, nama nada dll.. Mereka tidak begitu tertarik dengan penjarian. Setiap orang memilki karakter yang berbeda-beda. Orang-orang seperti ini perlu untuk belajar membaca notasi, tidak sekedar memainkan saja. Mereka perlu belajar musik secara sistematis. Kita perlu mengetahui karakter yang ada pada diri kita, karena sangat dibutuhkan dalam mengekspresikan musik. Jangan pernah mendengarkan orang yang terlalu percaya diri akan bakat mereka yang menyuruh kita untuk tidak belajar membaca notasi.
Jika kita mampu membaca notasi berarti telah membuka wawasan kita terhadap musik. Kemampuan tersebut memberikan kunci untuk memahami musik lebih dalam lagi. Memiliki kemampuan membaca seperti memiliki asuransi ketika kita mengalami kendala di kemudian hari. Membaca merupakan kunci untuk membuka kemampuan yang lain, mencerna berbagai macam buku musik Dari buku tersebut kita mendapatkan wawasan baru yang tidak kita peroleh dari lingkungan kita. Banyak buku-buku musik bermutu yang ditulis oleh musisi terbaik dimuka bumi ini. Jadi mengapa kita harus menyianyiakan pelajaran-pelajaran berhaga dari para musisi tersebut?
Jika ada orang yang baru belajar gitar ataupun musik setelah membaca buku pelajaran gitar atau buku teori musik menanyakan apa itu ?akor augmented?? apa itu ?pergerakan melodi yang paralel?? mengapa melodi di frase ini tidak enak didengar? Bagaimana kita akan menjelaskannya jika mereka tidak mengerti sama sekali tentang notasi dan istilah-istilah musik. Untuk belajar teori, kita harus tahu bagaiman membaca notasi. Dengan kata lain kita harus menggunakan bahasa yang pas dan disini kita menggunakan kata-kata dan istilah musik untuk menjelaskannya.
Mungkin kita memiliki guru yang bagus dan kreatif yang dapat menjelaskannya namun kita tidak mendapatkan pemahaman yang komplit jika kita tidak dapat membaca. Hal tersebut seperti memahami grammar tanpa kita bisa membaca A-B-C-D.
Kapan mulai belajar membaca notasi?
Ada suatu keakinan bahwa kita hendaknya belajar membaca notasi sejak pertama kali belajar gitar (alat musik lain). Tidak seperti itu. Mudah untuk menguasai gitar tanpa pemahaman notasi sebelumnya. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya tetangga kita dan lebih banyak lagi pengamen yang dapat bermain gitar namun tidak bisa membaca not. Jika kita adalah seorang guru gitar (guru les mungkin), biasanya pada awalnya kita mengajarkan gitar hanya dengan memberi contoh penjarian kord tanpa membahas bagaimana membaca notasi karena dengan begitu murid akan terlibat secara emosi, dan emosi adalah salah satu faktor dalam bermain musik sehingga mereka mau untuk belajar. Mengajari murid bermain gitar sekaligus membaca notasi seperti menyiram api yang baru menyala dengan air.
Belajar membaca notasi itu sangat kompleks, melibatkan proses mental, dan berhubungan dengan konsep yang abstrak. Seperti mengungkapkan perasaan cinta yang penuh filosofi pada pacar di kencan pertama, dari sekedar memberi bunga dan sekotak coklat J.
Jadi ?misal kita seorang guru gitar/musik- maka kita harus hidupkan apinya dulu. Belajar lagu yang mereka suka dengan kord yang sederhana. Setelah beberapa bulan baru masuk ke notasi. Mereka mulai bisa menerima setelah terbiasa dengan gitar dan mulai mengerti mengapa membaca notasi itu penting untuk mereka.
Mengajari murid membaca not itu tidak mudah, perlu trik dan teknik. Sulit mengajari anak-anak membaca not bertitik (dewasa juga sering sulit). Untuk paham not bertitik maka kita harus tahu ketukan atas dan bawah, kita harus tahu nilai setengah terhadap nilai
not sebelumnya. Biasanya mereka tidak paham. Jadi, disini kita merangkap menjadi guru matematika. Pada tahap ini bisa memakan waktu lama. Bahkan orang yang sudah belajar lama membaca notasi sering bingung saat membaca not bertitik.
Kenyataannya banyak orang yang sudah lama belajar namun masih bermasalah dalam membaca notasi -selain karena jarang dilatih- merupakan korban dari pendidikan yang kurang baik, banyak hal yang tidak dijelaskan, atau mungkin sama sekali tidak dibahas atau sekedar sambil lalu. Akhirnya, harus dapat dimengerti bahwa belajar membaca notasi merupakan proses yang panjang seperti membaca tulisan alpabet. Saat ini setelah mengalami proses bertahun-tahun kita dapat membaca tulisan dengan cepat tanpa harus mengeja lagi. Demikian halnya dengan membaca notasi, semakin sering kita membaca maka semakin lancar kita membaca.
Ingin atau tidaknya kita belajar membaca notasi itu merupakan sebuah pilihan. Tapi kita perlu mengumpulkan informasi mengapa kita memilihnya sehingga kita mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang baik.
(dari berbagai sumber)
NB : Bagi yang serius ingin menjadi musisi apalagi arranger dan composer maka bisa membaca notasi adalah mutlak karena merupakan dasar untuk ilmu harmoni, kontrapung, dan orkestrasi.
God Bless
Langsung ke: navigasi, cari
| God Bless | |
|---|---|
![]() | |
| Asal | Surabaya, Indonesia |
| Tahun aktif | 1973 - sekarang |
| Aliran | Rock |
| Label | Logiss Records |
| Manajemen | |
| Personil | Achmad Albar (vokal) Ian Antono (gitar) Donny Fattah Gagola (bass) Yaya Muktio (drums) |
| Mantan personil | Abadi Soesman (kibor) Eet Sjahranie (gitar) Teddy Sujaya (drum) Jockie Surjoprajogo (kibor) Dedy Dores (Gitar) Keenan Nasution (drum) |
| Situs web | Logiss Records |
God Bless adalah grup musik rock yang telah menjadi legenda di Indonesia. Dasawarsa 1970-an bisa dianggap sebagai tahun-tahun kejayaan mereka. Salah satu bukti nama besar mereka adalah sewaktu God Bless dipilih sebagai pembuka konser grup musik rock legendaris dunia, Deep Purple di Jakarta (1975).
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Sejarah
Berdirinya God Bless berawal kembalinya Iyek kembali ke Tanah Air setelah beberapa tahun tinggal di Belanda, ia pun berangan-angan membentuk band sendiri yang lebih serius. Bersama Ludwig Le Mans, gitaris Clover Leaf, band Iyek ketika masih di Belanda, Iyek lalu mengajak Fuad Hassan (dram), Donny Fattah (bass) dan Jockie Surjoprajogo (kibor) untuk membentuk band. Tahun 1972, formasi pertama ini melakukan konser perdananya di TIM (Taman Ismail Marzuki)lalu mengikuti pentas musik "Summer '28", semacam pentas 'Woodstock' ala Indonesia di Ragunan, Jakarta, yang diikuti berbagai grup band dari Indonesia, Malaysia dan Filipina. Dengan posisi keyboard yang sudah digantikan oleh Deddy Dores ,Jockie Surjoprajogo sendiri sibuk dengan program musik lain-lainnya seperti LCCR Prambors dan sebagainya.
[sunting] Era 70-an
Tahun 1970-an, God Bless bisa dibilang sebagai raja panggung musik Indonesia. Di antara beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap mengusung reportoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis, namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh dibilang di atas rata-rata. Tetapi karena keseringan menyanyikan lagu asing, gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, Huma di Atas Bukit yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis. Selain tidak memiliki gaya bermusik yang solid, nampaknya keanggotaan God Bless juga bisa dibilang kurang solid. Karena dalam perjalananya grup ini terhitung sangat sering gonta ganti personil.
Pada bulan Juni 1974, penggebuk drum berbakat Fuad Hasan dan Soman Lubis (keyboard) mengalami kecelakaan lalu lintas di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. God Bless pun melalui masa berkabung. Untuk mengenang mereka, God Bless tampil di TIM dengan tema mengenang seratus hari Fuad Hasan dan Soman Lubis dengan atraksi mengusung peti mati diatas panggung.
Sempat vakum cukup lama, bahkan vokalisnya Ahmad Albar yang lebih sering bersolo karir sempat ngetop dengan rocker asal surabaya Ucok "Aka" Harahap yang merupakan voklias dari kelompok Rock Aka dari Surabaya, dengan duet Duo Kribo. Selain itu personil lain, seperti Ian Antono, juga lebih asyik dengan kegiata solo karir.
[sunting] Era 80-an
Menjelang pembuatan album kedua, Jockie Surjoprajogo keluar dari formasi posisinya kemudian diambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album Cermin (1980). Di album ini, konsep musik God Bless sedikit berubah menghadirkan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit dan membutuhkan skill tinggi dalam memainkannya. Dua tahun setelah album Cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri.
Pada sekitar tahun 1980-an, salah satu promotor rock asal Surabaya, Log Zhelebour mulai gencar mementaskan festival rock di Indonesia, dan mulailah membangkan God Bless dari "tidaur panjangnya" dengan menjadikan lagu-lagu God Bless sebagai lagu "wajib" juga personilnya menjadi juri di festival yang akhirnya banyak melahirkan band-band rock di Indonesia, seperti Grass Rock, Elpamas, sampai Slank.
Dari sekedar menjadi juri tersebut, pada tahun 1988 God Bless akhirnya melahirkan album come back Semut Hitam yang meledak di pasaran waktu itu, dengan hitsnya seperti Rumah Kita, Semut Hitam, atau Kehidupan. Di album ini, terjadi lagi perubahan konsep musik God Bless. Dari yang tadinya lebih bernuansa rock progresif secara drastis berubah menjadi sedikit lebih keras dengan adanya pengaruh musik hard rock dan heavy metal. Setelah album Semut Hitam keluar, Ian Antono menyatakan keluar dari formasi God Bless. Posisinya kemudian digantikan oleh gitaris muda berbakat, Eet Sjachranie. Ian Antono sendiri, setelah keluar dari God Bless terhitung sukses merintis karir solo sebagai pencipta lagu, aranjer dan produser.
[sunting] Era 90-an
Setelah melewati masa vakum yang cukup panjang, tahun 1997, para personel God Bless, termasuk Eet dan Ian Antono kembali berkumpul. 'Workshop' yang mereka gelar di kawasan Puncak, menghasilkan sebuah album berjudul Apa Kabar. Namun reuni ini tidak berlangsung lama karena Eet secara resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri, Edane yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya, The Beast.
Walau tidak banyak merilis album, God Bless, dianggap merupakan legenda grup musik rock Indonesia karena dianggap sebagai pelopor yang memiliki kualitas bermusik tinggi. Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali lebih pergantian personil yang disebut sebagai 'formasi', dan saat ini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif grup.
[sunting] Diskografi
[sunting] Album
[sunting] Kompilasi
- 1990 - The Story of God Bless (kompilasi)







